Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Ketemu
lagi sama saya, Gimana kabarnya? Semoga
saja tetap sehat dan dalam lindungan Allah SWT. Salam hormat kepada
semua guru khususnya guru MTs NW Boro’Tumbuh. Pada kesempatan ini, saya akan
berbagi cerita-cerita inspiratif dengan tujuan supaya hari-hari kita bermakna.
Setiap orang punya standar
kebahagiaan masing-masing. Mungkin hari ini yang membuatnya bahagia adalah
ketika bisa menyelesaikan tugas lebih cepat dari biasanya. Namun di kesempatan
lain, kebahagian bisa diperoleh saat mendapatkan tantangan baru yang
menjanjikan prestasi lebih baik. Jauh di seberang sana, mereka yang hidup
sederhana sudah merasa bahagia luar biasa ketika mendapatkan sepiring nasi dan
lauk, meski belum ada jaminan esok hari bisa mendapat makan layak.
Bahagia memang bukan hanya milik orang tertentu. Kebahagiaan ada di mana-mana karena milik semua orang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa orang yang selalu membanding-bandingkan kekayaan/ jabatannnya dengan kerabat atau teman dekatnya, cenderung tidak bahagia dan kerap merasa kecewa.
lihat juga... PENGORBANAN TULUS SEBATANG POHON
Lantas, bagaimana menemukan
kebahagiaan itu? Sebenarnya, bahagia itu sederhana. Kunci kebahagiaan terletak
pada sikap kita. Dengan mensyukuri segala yang kita miliki, dan berjuang sepenuh
hati untuk tujuan yang besar & positif, maka kebahagiaan akan selalu
mengalir di kehidupan kita. Benarkan? Mari baca dengan seksama!
![]() |
Dokumentasi_Silaturrahmi. |
BERBAGI ITU INDAH
By.
Sumekar, S.S
Alkisah,
di sebuah negeri, ada seorang saudagar kaya raya. Ia adalah pemilik restoran
terkenal dan terbaik yang pernah ada pada masa tersebut. Selain rasanya khas,
makanannya sangat lezat, dan pelayanannya pun sangat memuaskan siapa saja yang
datang ke sana.
Berkat restoran itu pula, sang saudagar mendapat banyak rezeki. Meski usahanya menjadi berkembang ke berbagai bidang, namun restoran itulah yang menjadi urat nadi usaha yang sangat dijaganya. Karena itu, karena tak memiliki keturunan, di usianya yang sudah makin tua, ia ingin mewariskan usaha itu pada orang terpilih yang nanti akan dipercaya untuk menjalankan usahanya itu. Ia nanti akan menyerahkan usaha itu kepada orang yang terbaik, dengan syarat separuh hasil yang didapat, harus disumbangkan kepada kaum yang tak berpunya.
Beberapa saat sang saudagar memikirkan cara untuk memilih orang tersebut. Hingga, suatu kali, ia mengundang 80 orang yang dianggap terbaik di daerahnya. Kepada 80 orang tersebut, ia menyajikan hidangan terbaik untuk makan malam di restorannya.
Saat ke-80 orang tersebut berdatangan memenuhi undangannya, banyak wajah-wajah berharap, mereka yang akan terpilih mewarisi kekayaan sang saudagar. Begitu pun sang saudagar, ia berharap bisa memilih orang terbaik yang bisa mewarisi usahanya. Setelah berbasa-basi sejenak, ke-80 orang itu lantas dipersilakan duduk untuk menyantap hidangan makan malam.
Uniknya, ada 20 meja kotak yang disediakan, dengan sumpit yang sangat panjang di masing-masing meja. Karena itu, saat mulai dipersilakan makan, hampir semua orang yang sudah tak sabar merasakan kelezatan makanan dari restoran sangat terkenal itu pun kerepotan.
Sang saudagar lantas berkeliling ke semua meja makan. Ia melihat hingga meja ke-19 tak ada satu pun yang berhasil menyantap makanan yang dihidangkan. Sebab, mereka berlomba-lomba makan dengan sumpit sangat panjang tersebut. Hingga akhirnya, tepat di meja ke-20, saudagar pun tersenyum. Di meja tersebut, empat orang tampak menikmati hidangan dengan satu sama lain saling menyuapi. Memang, sumpit yang disediakan sangat panjang, sehingga mereka bisa menyuapi orang di dekatnya, dan sebaliknya. Maka, hingga acara hampir selesai, hanya mereka berempatlah yang kenyang. Sementara, yang lain tak bisa menikmati hidangan karena berusaha sendiri-sendiri untuk segera menyantap makanan lezat tersebut.
Kisah tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa untuk bisa meraih sesuatu, kita seharusnya memulai dengan “melayani”. Kita tak boleh serakah, tamak, atau hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. Seperti yang tergambar dalam kisah tersebut, hanya mereka yang mau “berkorban” dengan memberi makanan kepada yang lain, maka ia yang akan bisa ikut makan dengan kenyang. Sementara, orang lain sibuk mencari cara bagaimana bisa segera menyantap hidangan, justru kerepotan karena tak tahu “cara” yang tepat untuk memakan hidangan tersebut.
Sudah
kita dapati, begitu banyak orang yang menjadi sumber berita karena kelakuannya.
Mulai dari korupsi, hingga berbagai hal lain yang intinya, menjadikan harta
sebagai hal yang utama.
Uang
dan harta memang penting. Namun, ada banyak hal penting lain yang juga harus
menjadi perhatian utama kita. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita
membantu orang lain, bagaimana kita menemukan keseimbangan dalam hidup,
sehingga kebahagiaan bisa kita peroleh. Harta adalah sarana. Kita adalah
manusia. Karena itu, mari jadikan “sarana” tersebut sebagai bagian dari
kehidupan kita, namun jangan sampai menjadikannya sebagai hal yang membelenggu
kita.
Mari, jadikan hidup ini lebih berarti dengan peduli dan berbagi maka harta dan uang kita akan jauh lebih berguna.
Semoga
bermamfaat.
No comments:
Post a Comment