Lagu Sakit Jahil mengibaratkan orang yang tidak berilmu atau jahil sebagai orang yang sakit. Sakit adalah kondisi di mana badan didera rasa sakit, lemah, dan tak bisa beraktifitas dengan leluasa. Orang sakit mengalami tekanan tidak hanya fisik, tapi juga psikologinya. Tidak banyak pekerjaan yang bisa diperbuat oleh orang sakit. Paling hanya bisa berbaring di tempat tidur, kalaupun bisa bergerak, hanya mondar mandir ke kamar mandi, atau sekitar rumah saja sambil menahan sakit yang dideritanya.
Sakit lawannya sembuh. Jika ingin bergerak dan berpikir lebih sehat, maka ia harus diberi obat agar tersembuhkan. Tanpa obat maka tak mungkin bisa disembuhkan. Begitu logika berpikir dari lagu ini. Sang pencipta lagu menawarkan kesembuhan bagi mereka yang mengalami peyakit kebodohan. Sakit jahil Ndek narak oatne, Selainan sik te beguru ngaji,artinya Sakit jahil itu tak mungkin diobati selain dengan berguru dan menggaji.
Pada bait berikutnya pencipta langsung mengarahkan agar mereka yang sakit jahil untuk menuntut ilmu di lembaga pendidikan yang beliau dirikan yaitu Madrasah Nahdlatul Wathan. Orang yang tidak berilmu harus diobati dengan belajar di dua madrasah utama yaitu Nahdlatul Wathan bagi yang pria dan Madrasah Nahdlatul Banat untuk yang wanita.
Pada bait berikutnya terdapat kalimat Rumu dirikte sampung masih sehat.Kalimat ini terjemahan bebasnya “asuhlah atau peliharalah diri selagi masa sehat. Kerjakanlah hal-hal yang berguna untuk kehidupan pribadi dan orang lain semasa badan masih sehat. Jika sudah sakit atau tak sehat lagi, maka yang ada adalah ketidakberdayaan. Kita tak punya daya lagi untuk belajar, mengaji, pergi ke tempat pengajian atau melakukan ibadah lain yang menuntut kehadiran kita secara fisik.
Menggunakan waktu luang dengan maksimal, sebelum datangnya kesempitan, menggunakan waktu sehat sebelum datangnya rasa sakit, menggunakan waktu muda dengan baik sebelum datangnya masa tua, adalah anjuran Rasulullah SAW kepada ummatnya. Lagu ini memiliki semangat yang sama dengan ajaran nabi tersebut. Manusia diajarkan untuk menggunakan sebaik-baiknya waktu luang untuk belajar dan menuntut ilmu agar tidak timbul penyesalan di hari tuanya.
Manfaatkan lima perkara sebelum datangnya lima perkara:
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.
Ilmu adalah cahaya yang bisa menerangi perjalanan peradaban suatu bangsa. Tanpa keberadaan ilmu, sebuah bangsa akan gampang ditindas, gampang diperdaya, gampang diinjak-injak dan dijajah oleh bangsa lain.
Di masa awal kedatangan maulana syaikh dari menuntut ilmu di Makkah, masyarakat Sasak di Lombok dalam kondisi masih sangat terbelakang. Selain dijajah oleh Belanda dan Jepang, sebelumnya rakyat Lombok juga mendapat tekanan oleh pemerintah kerajaan Bali. Hanya sebagian saja diantara rakyat Lombok yang bisa mengecap dunia pendidikan. Mereka hanya terdiri dari orang-orang kaya.
Ilmu pengetahuan adalah barang mahal. Itulah sebabnya maulana syaikh kemudian mengambil langkah untuk mendorong masyarakat agar tergerak untuk rajin mengaji, rajin belajar, rajin menuntut ilmu agar terlepas dari belenggu “sakit jahil” dan terbebas dari penjajah. Lirik bertemakan kewajiban menuntut ilmu ada dalam empat lagu berbahasa Sasak yang diciptakan Maulana Syaikh yaitu Sakit Jahil, Beguru Ageme, Pacu gamak dan Nahdlatain. Logisnya jika masyarakat telah sukses didorong untuk gemar menuntut ilmu, maka kemajuan dalam bidang lain akan gampang pula dicapai.
Demikian, semoga bermanfaat!.
No comments:
Post a Comment